watch sexy videos at nza-vids!
Setelah peristiwa bersama Rendra, hubunganku dengan Rara makin membaik secara kualitas, namun secara kuantitas aku agak jarang bertemu dengan Rara karena aku harus bekerja dan melanjutkan studi di luar kota. Sehingga paling dua minggu atau tiga minggu sekali aku bertemu dengannya. Perihal dengan Rendra aku tak cemburu lagi dengannya, apalagi aku sudah dikenalkan juga dengan pacarnya Rendra. Findi namanya. Anaknya lumayan cantik, badannya juga seksi meski teteknya tak sebesar Rara, pacarku. Kutaksir ukuran BHnya sekitar 34B. Note: Cerita Sex hanya ada di sexceritadewasa.com. Kisahku ini terjadi ketika aku pulang ke kota K, untuk menengok Rara. Kangenku padanya sudah nggak ketulungan, harusnya aku pulang 2 minggu lagi, tapi aku pulang seminggu lebih awal, karena udah tak tahan kangen. Sengaja Rara tak kuberi kabar untuk memberikan kejutan kepadanya, karena saat kutelepon katanya ia kangen sekali denganku. Pagi-pagi benar aku sudah sampai di kota K, setelah melepas lelah aku meluncur naik taksi ke dekat rumah Rara. Dari wartel yang berjarak 500 m, kutelepon ke rumahnya. “Pagi, Raranya ada?” “O.. Raranya pergi baru dua menit yang lalu” Ibunya Rara yang mengangkat telephone. “Kemana ya Bu?” “Aduh kurang tahu ya.. Katanya mau bimbingan skripsi atau apa gitu?” “Ya udah Bu, makasih” Begitu kuletakkan telepon, kulihat mobil Rara melintas di depanku, entah kenapa aku tak terlintas dalam benakku untuk mengikutnya. Kulihat Rara berdandan sangat cantik dan sexy, mungkin itu juga yang membuatku curiga karena selama ini setiap ia bimbingan, dandanannya biasa-biasa saja. Akhirnya kuminta sopir taksi untuk mengikuti mobil Rara. Setelah berjalan 3 km, tiba-tiba mobil berhenti, kemudian pintu dibuka, kulihat cowok yang sangat kukenali wajahnya, Rendra teman sekampus Rara, sesaat mereka ngobrol kemudian Rendra masuk ke mobil melalui sebelah kanan. Ternyata mereka ganti stir, Rendra yang memegang stir kemudian Rara duduk si sebelahnya. Beberapa saat mobil berjalan Rara menoleh ke belakang, aku terkejut langsung kutundukkan badanku agar ia tak mengenaliku. Saat ku munculkan lagi wajahku betapa terkejutnya aku ketika Rara ternyata mencium pipi Rendra, kemudian ia menggelayut mesra di bahu Rendra sambil Rendra terus menyetir. Hampir saja kuminta sopir taksi untuk menghentikan mobil mereka, namun naluriku berkata lain aku harus ikuti kemana mereka pergi. Mobil Rara terus meluncur melewati batas kota K melewati kota U arah menuju areal wisata di kota B. Tiba-tiba badanku merinding, keringat dingin membasahi tubuhku, jangan-jangan mereka benar ke kota B, tempat aku dan Rara biasa memadu asmara. Sejenak aku diam menenangkan diri, tiba-tiba kulihat Hpku, aku ada ide coba telp HP Rara, toh ia tidak tahu kalo aku lagi pulang ke kota K. “Hallo Sayang, lagi ngapain?” “Eh Ryan, kupikir siapa kok nggak ada nomornya?” jawab Rara santai “Oh iya aku pakai private number, sori belum kuganti. Lagi dimana nih?” “Ini Ryan mau ke tempatnya Bu Ani, konsultasi skripsi” “Emang rumahnya di mana?” “E.. Di jl. KS..” Kudengar Rara agak gugup, ia menjawab sekenanya. Padahal setahuku Bu Ani itu rumahnya di Jl. RHT. “Ya udah, ati-ati ya..” “Ok Ryan Bye, cup ah..” Gila kupikir Si Rara, dia bohongi aku tapi masih juga sempat bersikap mesra. Dengan jawaban tadi aku yakin betul kalo Rara dan Rendra sedang menuju ke tempat wisata di kota B. Terbayang di wajahku pergumulan yang pernah aku lakukan bersama Rendra dan Rara, ada gairah, ada cemburu yang membara. Tapi kenapa mereka lakukan ini? Kenapa Rara menghianatiku? Kenapa Rendra menyalahgunakan kepercayaanku? Bukankah kuajak dia ikut bergabung pada permainan dulu itu agar tak ada cemburu diantara kita? Kenapa mereka melakukan ini tanpa seijinku bahkan berbohong kepadaku? Sejuta pertanyaan terus melintas di kepalaku. Aku menyalahkan diriku sendiri kenapa kuajak Rendra waktu itu? Ah semuanya sudah telanjur, aku nggak bisa membayangkan lagi apa yang mereka perbuat selama ini ketika aku di luar kota. Dengan dalih skripsi mereka bebas melakukan apa saja. Di sela-sela kegundahanku tiba-tiba kuingat Findi, pacar Rendra. Sedang apa kira-kira dia? Tahukah ia kalo Rendra selingkuh dengan Rara. Tiba-tiba ada gairah dalam diriku untuk menikmati tubuh Findi, kubayangkan bodynya, putihnya dan pantatnya yang aduhai. Kulihat Hpku kucoba cari nomornya, ah bersyukur aku ternyata aku masih menyimpan nomornya. “Hallo Findi?” “Iya.. Siapa nih?”Suaranya merdu dan manja sekali. “Ini Ryan..” “Oh Bang Ryan. Gimana kabarnya Bang?” sapanya sangat lembut dan ramah. “Baik.. Findi sendiri gimana? Baik juga kan?” “Iya Bang” “Lagi dimana nih Fin” “Di tempat temen Bang, di U” “Lho nggak pacaran, kan hari sabtu?” “Aduh Bang, Rendra lagi sibuk sekali akhir-akhir ini ngerjain skripsi, jangankan pacaran telp aja aku takut ganggu.. Lho bukannya Rendra lagi ke dosen ama Mbak Rara? Abang di K kan? Belum ketemu Mbak Rara?” tanyanya seperti memberondong. “Oh ya tho.. Belum tuh Riss.. Eh kamu di kota U ya? Aku juga di U nih.. Gimana kalo kita ketemu, itung-itung ngilangin kangen sebagai sesama ditinggal pacar sibuk skripsi.. He.. He..” kucoba sambil bercanda sekaligus menghilangkan rasa cemburuku pada Rara dan Rendra. “Ah Abang bisa aja.. Tapi boleh juga Bang, soalnya temenku juga mau pergi bentar lagi” “Ya udah kujemput kamu ya..” Setelah Findi memberikan alamat temennya lalu kusuruh sopir taksi meluncur ke alamat tersebut. “Pagi Fin” Gila kulihat cantik sekali Findi pagi ini badannya yang dibalut kain ketat serta celana ketat tiga perempat seolah memamerkan semua tonjolan yang ia punya. “Eh Abang.. Udah dateng kok cepat sekali?” “Iya nih.. Ternyata posisiku tadi udah dekat.. Yuk” ajakku sambil mengandengnya masuk ke taksi. Terasa harum wangi parfumnya membuat ‘adik’ku menggeliat. Setelah memasuki taksi, kemudian kami meluncur dengan cepatnya, seakan tahu betul sopir taksi itu mengarahkan ke obyek wisata B. “Kemana kita Bang?” Tanya Findi melihat taksi ke arah B “Gimana kalo kita ke B, sambil lihat pemandangan. Di jakarta lihatnya gedung terus sih..” “Boleh Bang.. Siapa takut.. Asal nggak aneh-aneh aja Abang” “Aneh-aneh gimana maksudnya?” “Ya kan dah lama nggak ketemu Mbak Rara.. Aku nanti jadi pelampiasan lagi” katanya sambil mengerling penuh arti. “Dasar kamu..” kataku sambil kucubit dia. Di perjalanan kami terus bercanda, cerita kesana-kemari sampe akupun agak lupa kalo tujuanku adalah investigasi Rara dan Rendra. Hingga karena taksi dikemudikan sangat cepat maka tanpa diduga sebelumnya posisi taksiku persis di belakang mobil Rara yang dikemudikan Rendra. “Bang itu bukannya mobil Mbak Rara? Yang nyetir Rendra kan? Mau kemana mereka? Kok kemari?” “Itulah yang juga Abang ingin tahu, Abang sejak tadi membuntuti mereka. Trus Abang telp Findi, eh pas di kota U juga, jadi sekalian aja pikirku. Abang juga penasaran kok Fin” “Pantesan sibuk terus mereka, jangan-jangan”Findi tak meneruskan kata-katanya, matanya berkaca-kaca, ia rebahkan tubuhnya ke dadaku. “Bang.. Gimana nih Bang?” “Udahlah Fin.. Gak pa-pa.. Santai aja, toh Findi kan juga sama Abang.. Jadi satu-satu nantinya hehe” “Ih Abang genit.. “Katanya sambil terus merapatkan ke badanku seakan nggak mau ia lepaskan. Kulihat Findi mulai agak tenang. Taksi kami terus mengikuti arah mobil Rara, dari belakang kulihat sesekali Rara mencium Rendra, kadang sebaliknya Rendra yang mencium Rara. “Ih.. Mereka genit sekali” kata Findi sebel. “Aku cium Abang juga ah..” Tanpa peduli pada sopir taksi tiba-tiba Findi menciumku. “Ih nakal kamu” Padahal saat itu adikku betul-betul tegang, aku bergairah melihat apa yang akan diperbuat Rara dan Rendra sekaligus bergairah karena Findi terus merapat ke badanku. Tiba di kota B. Kulihat mobil Rara belok ke arah Hotel KDR, aku hafal betul karena di tempat itu aku dan Rara sering memadu kasih, lalu kuminta sopir taksi untuk terus dulu supaya nggak ketahuan mereka kalo aku dan Findi membuntuti. “Bang mereka ke Hotel. Mau ngapain mereka? Masak konsultasi di Hotel?” Findi semakin sebel diliputi rasa cemburu, rasa yang sama yang pernah kurasakan dulu (Cemburu Membawa Sensasi). “Udah Fin, tenang aja nanti kita ikutin mereka” Setelah beberapa saat taksi kemudian kuminta berputar masuk ke hotel, aku berbincang-bincang sesaat dengan reseptionist yang aku udah lumayan kenal karena langganan lalu aku minta kamar di sebelah Rara dan Rendra. Sedangkan sopir taksi kuminta dia pulang setelah kubayar, karena aku berpikir pulangnya bareng sekalian dengan Rara dan Rendra. Jalan menuju ke kamarku melewati depan kamar Rara dan Rendra, saat aku lewat terdengar desahan-desahan yang sangat menggairahkan. Kurang ajar batinku ternyata mereka udah nggak mampu menahan lagi, tapi di sisi lain desahan-desahan itu justru membuatku terasa bergairah. Begitu masuk kedalam kamar aku dan Findi segera mencari lubang yang dapat kami gunakan untuk mengintip aktivitas Rara dan Rendra, tanpa menemui kesulitan kami menemukan lubang yang mampu melihat aktivitas mereka secara jelas namun tak mungkin mereka lihat karena tempatnya sangat tersembunyi. “Oh Ris.. Aku kangen sekali ama tetekmu” ujar Rendra sambil memegang dada Rara yang masih terbungkus kain lengkap. “Ohh.. Ohh.. Aku juga Ric, aku kangen ama batangmu yang tegak itu” desah Rara sambil terus mereka berciuman bibir. Kulihat Findi begitu dongkol melihat kelakuan mereka, namun sisi laen aku juga lihat kalo Findi wajahnya merah, kuduga selain menahan amarah ia juga menahan gairah melihat aktivitas Rendra dan Rara. Perlahan kuraba paha Findi yang masih terus mengintip aktivitas Rendra dan Rara. “Ohh.. Oh..” Lenguhnya tanpa menggeser posisi mengintipnya. Sementara di seberang kamar kulihat Rendra telah berhasil melucuti pakaian atas Rara hingga yang tertinggal di atas hanyalah BH Rara. “Ohh.. Ric.. Lidahmu nakal sekali” “Tapi kamu suka kan?” “He eh.. Ehm.. Oh.. Terusin nakalmu Ric, lepaskan BH ku” Rara semakin bernafsu. Aku hafal betul kalau Rara paling tidak tahan jika teteknya di pegang. Dalam sekejap BH Rara sudah terlepas dari tempatnya, kini yang nampak adalah dua buah gunung kembar yang menjulang dengan puting yang sudah mengeras. Rendra dengan lahap menjilati puting tersebut. “Ohh.. Enak sekali Ric.. Kok bisa ya sekecil ini di jilat rasanya sampe ke ubun-ubun.. Oh” lenguh Rara dengan manja menahan gairah. Sementara aku sendiri terus bergerilya di paha Findi.. “Ough.. Ohh.. Enak Bang” “Lepasin celanamu ya..” Pintaku dengan berbisik “Ho.. Oh” Kulepas celananya yang tiga perempat, sengaja kusisakan CD-nya biar ada sensasi tersendiri. “Uhh.. Bang” rintihnya ketika tanganku mengucap vegynya yang masih tertutup CD, namun nampak jelas rambut-rambutnya yang hitam kecoklatan. “Ohh.. Ouhh.. Ohh.. Kamu pintar sekali Bang” desahannya makin keras tatkala kuraba bibir vegynya yang sudah basah. Di seberang kamar kulihat Rara dan Rendra sudah tak berpakaian lagi alias telanjang bulat. Rara kulihat sedang mengoral penis Rendra. “Ohh.. Ris enak.. Sekali.. Oh” Rendra meracau. “Enak mana ama kuluman Findi Ric?” Tanya Rara sambil terus mengoral. “Enakan oralmu Ris”. Mendengar ucapan Rendra, Findi menjadi jengkel. Seolah ia akan membuktikan ucapan Rendra, kemudian ia segera melucuti celanaku. Terpampanglah penisku yang sudah tegak mengacung. Tanpa banyak basa basi ia langsung kulum penisku. “Oh.. Ohh..” Bibir tipis Findi ternyata lihai juga mengoral penisku, memang kuakui bibir tebal Rara lebih mantap untuk mengulum penis, namun demi menyenangkan hati Findi aku tetap memuji dia. “Auh.. Ogh, enak.. Fin.. Bohong kalo Rendra bilang enakan kuluman Rara.. Ohh..” Seakan makin bersemangat Findi terus mengocok penisku dengan cepat. “Oh.. Fin enak sekali.. Aku nggak tahan Fin..” sambil terus Findi mengulum penisku, tanganku menyelusup ke dada Findi, kutemukan dua gunung yang memang nggak sebesar punya Rara. “Ohh.. Bang.. Aku bergairah sekali.. Bang.. Oh..” Kulihat di kamar sebelah Rara dan Rendra sudah tidur berpelukan, terdengar dengkuran halus Rara yang sangat kukenal. Karena aku dan Findi terlalu asyik bermain sehingga tidak sempat melihat sampai klimaks Rendra dan Rara dalam mendaki kenikmatan. “Bang masukin punyamu Bang.. Ohh.. Aku nggak tahan lagi” perlahan kumasukin penisku di vagy Findi. “Pelan-pelan Bang.. Oh.. Nikmat.. Ohh” “Ohh.. Ough..” “Ouhh.. Ough.. Oghh.. Ohh” Kami terus berpacu mengjar nafsu yang semakin membara seolah lupa kalo di sebelah ada pasangan kita masing-masing. “Ohh.. Bang aku hampir sampe” “He eh.. Abang juga.. Dikeluarin dimana?” “Di luar aja Bang aku lagi subur.. Oh” “Ya udah Findi keluarin dulu..” “Oh.. Bang.. Oh.. Ohh” Rintihan panjang Findi mengakhiri klimaksnya. Ia semburkan lahar basahnya ke penisku, sementara penisku segera kutarik dan kukgoyang-goyangkan dengan keras di atas perut Findi. “Ohh.. Ohh” cret cret spermaku keluar dengan derasnya di perut Findi. Kami kemudian berpelukan sangat erat. Sementara itu di kamar sebelah Rendra dan Rara masih tertidur, demikian pula dengan Findi, ia tertidur mungkin karena kecapekan. Sedangkan aku sendiri tak bisa tidur. Sambil menghisap rokok aku berpikir keras untuk menggali ide agar dapat menyelesaikan konflik perselingkuhan ini dengan happy ending dengan tanpa amarah bahkan kalo bisa dengan gairah, karena bagaimanapun awalnya aku yang salah dan aku memang sangat mencintai Rara, tapi vegy Findi pun juga lezat rasanya.